Hingga satu hari, Raka mengatakan hal yang membuat Zoya terdiam, “ aku ingin kita lebih dari teman, aku banyak mengenal wanita tapi hanya kamu yang berbeda, hanya kamu yang bisa buat ku menjadi tahu apa itu arti hidup “ ucap Raka tulus, tidak ada yang salah dalam kalimatnya, itu wajar, karena bagaimanapun Raka butuh Zoya , bukan hanya untuk berbagi kasih sayang tapi juga untuk berbagi cinta, dan cinta itu hanya ingin ia persembahkan untuk Zoya, gadis cantik yang secara sengaja datang kepadanya untuk menawarkan hubungan persahabatan. Zoya tetap diam, pikirannya berputar putar mencari cari jawaban yang tepat agar Raka tidak kecewa, karena di hatinya Zoya hanya punya rasa sayang untuk Raka bukan cinta. Suatu sore ditengah hujan deras, “ ku jemput ya “ Raka menawarkan jasa untuk Zoya, “ oh gausah lah, aku bisa pulang sendiri kok” jawab Zoya, “ ku tahu tapi diluar hujan deras, kalau naik angkutan umum kamu bisa kebasahan” “ ga perlu, ku suka hujan kok, biar aja basah, oh ya kamu ga dinner sama Calis ?” tanya Zoya mengalihkan pembicaraan. Tidak ada jawaban, Raka terdiam, “ hellow. . .” seloroh Zoya, “ aku udah dijalan mau jemput kamu” kata Raka dengan cepat, “ ho ho, ya ya ya, kutunggu, cepet ya, kalo lama aku bakal pergi dari kehidupan kamu n nantinya ga ada wasit yang misahin kalo kamu berantem sm Calis “ cerocos Zoya, “ yeah, tunggu disana ya’ “ok bos “ jawab zoya mengakhiri pembicaraan. Setelah itu ia bergegas membereskan file file kantornya, setengah berlari ia menghampiri evalator dan segera menuju lobi kantor. Zoya menunggu, 10. 20 menit hingga satu jam, tidak ada tanda tanda kemunculan Raka, ponsel pria itu tidak aktif, Zoya mulai kesal, sedikit gelisah dan terus menunggu sampai malam menjemput. Nyatanya Raka tak pernah datang, entah ia berbalik arah untuk memenuhi janji dengan kekasihnya, Calis atau ia merasa usahanya sia sia untuk merebut hati Zoya untuk kesekian kalinya, tidak ada yang tahu, dan Zoya pun tidak mau mencari tahu, tiba tiba saja ia cemburu, tiba tiba saja hatinya menjadi egois, pikirannya kacau dan batinnya memarahi diri sendiri, menganggap bodoh karena telah mensia siakan Raka selama ini, Zoya berpikir, Raka telah menyadari mereka tak mungkin bersatu, Raka akhirnya memilih Calis, Raka membiarkan Zoya menepati janjinya untuk pergi dari kehidupan Raka jika ia tidak datang menjemput. Zoya terpekur di lobi kantor, memandangi butiran deras air yang membasahi parkiran mobil. Dan sejak malam itu, Zoya meninggalkan Raka lengkap dengan kenangan manis mereka. “ Raka?” desis Zoya tak percaya, ia menghampiri pria itu, mencoba menahan air mata yang akan tumpah di pipinya, “ ada apa, apa yang terjadi ?” Tanya Zoya pelan, Raka tersenyum manis, “ yang terjadi memang yang seharusnya terjadi, aku terburu buru waktu itu, terlalu bersemangat mau menjemputmu” “ Raka, . .” Zoya sangat sedih “ udah lah,ini takdir namanya,. . aku kangen kamu, makanya ngajak ketemu disini” kata Raka “ oh ya, sikecil mana? Kok ga dibawa, padahal aku mau lihat dia lho, mau bandingkan, cerewet mana dia sama ibunya?” lanjut Raka dengan tenang. Zoya masih menatap Raka dengan penuh rasa bersalah, “ di. .dia dirumah,tadi masih tidur” katanya tergagap, ia tidak menyangka,Raka tahu tentang buah hatinya, buah pernikahan Zoya dengan pria pilihan ibunya, Bima. “ selama 4 tahun aku begini, menjalani hidup dengan harapan yang mungkin tinggal sisa, aku tidak menyalahkan siapa siapa atas kepergianmu, tapi aku menyesal, hari itu tidak berusaha keras untuk menghubungimu dan mengatakan tentang kecelakaan itu. Seterusnya aku dihinggapi rasa bersalah karena tidak bisa menjemputmu sore itu, aku selalu bermimpi tentang mu, selalu seperti nyata tapi ketika ku bangun kau tak pernah ada dihadapanku. Dan tentang Calis, kau benar, dia memang gadis yang baik, dia mau menerimaku apa adanya,hingga kami memutuskan menikah di 2tahun yang lalu, Calis menerima hatiku yang sepenuhnya hanya untukmu, aku seperti pecundang saat berhadapan dengannya, tapi Calis lagi lagi berbaik hati memakluminya” Dan pada saat hari telah beranjak siang, Zoya bersiap untuk kembali pulang, ia menoleh kearah Raka untuk pamit dan pertemuan disudahi disini, tapi Zoya mendapati keanehan dlmata Raka, mata yang terus terbuka tanpa berkedip, menatap kosong , tak bergerak, Zoya menghampiri Raka, memegang tangannya, menyentuh ujung hidung pria itu, tak bernafas, Zoya terperanjat, “ RAKA !!!” jeritnya histeris dibarengi dengan tangannya yang mengguncang guncang tubuh Raka. Tetap tak bergeming. Zoya terjatuh lemas, ia tidak berdaya untuk sekedar meminta tolong kepada orang orang yang berlalu lalang dibawah kebun sana. Zoya terpekur ditanah, tangannya masih memegangi tangan Raka … Note : Raka terlalu mencintai Zoya, hingga terlalu merindukannya pada saat mereka berpisah, bagi Raka, Zoya bukan sekedar cinta tapi kebutuhan yang harus selalu bersama sama dirinya. Karena Zoya, hidup Raka yang dulu kelabu menjadi berwarna, sebenarnya Zoya pun memliki perasaan cinta di saat terakhirnya bersama Raka, hanya saja Zoya telah menganggap mereka tidak berjodoh, hingga pergi lantas hilang dari kehidupan Raka dan mereka bertemu lagi setelah Raka terlanjur menumpuk rindunya yg menjadi penyakit kronis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar